Setiap bangsa memiliki kearifannya tersendiri yang kadang-kadang sangat mengagumkan. Sayang kearifan itu sering tenggelam oleh berbagai institusi. Saya setuju dengan pernyataaan Jose Arguelles, PhD ahli kalender Maya dan pakar sejarah seni dan estetika dari Universitas Chicago sebagaimana dikutip oleh Maria Hartiningsih:"Pikiran manusia secara massal dikontrol dan dimanipulasi pemerintah dan institusi-institusi yang menjadi faktor kunci kehidupan modern."
Bahwa akan terjadi sesuatu yang dahsyat memang banyak yang mempercayainya. Sebagian mengatakan bahwa hal itu adalah kiamat(besar). Sebagian lain mengatakan bahwa hal itu bukan kiamat tetapi suatu awal jaman baru, jaman keemasan, dimana orang ynag bisa lolos memasuki jaman itu akan hidup dalam damai sejahtera dan tercerahkan. Akan halnya hari yang dahsyat memang telah diprediksi bangsa-bangsa lain bukan hanya bangsa Maya. Uniknya memang bangsa Maya berani memprediksi tanggalnya.
Pengalaman saya yang kemudian saya cross check dengan berbagai teks kuno memang mengatakan akan adanya kejadian yang dahsyat. Kejadian-kejadian besar_tidak harus bencana atau hukuman Tuhan_sering terjadi pada selang waktu 1.000 tahun. Apakah prediksi bangsa Maya ini merupakan bagian dari kejadian besar setiap 1.000 tahun?
Tiga ribu tahun yang lalu muncul Raja Daud yang berasal dari kalangan rakyat biasa, bukan anak raja. Raja Daud menggantikan Raja Saul yang ditolak Tuhan atau menurut istilahnya orang Jawa"koncatan wahyu keprabon." Menurut hemat saya raja Saul koncatan wahyu keprabon karena melakukan kesalahan yaitu merangkap pekerjaan sebagai imam (bdk kitab 1 Samuel 13:8-14). Dalam keyakinan orang Yahudi, Roh Tuhan bisa dekat dengan seseorang (raja) tetapi tidak berarti bahwa seorang raja bisa merangkap pekerjaan sebagai imam (pemimpin pengudusan).
Sebagai catatan perlu saya kemukakan bahwa sebelum kita mengenal istilah trias politica, dalam masyarakat Yahudi kuno sudah ada pembagian tugas. Pada jaman kerajaan itu urapan raja dan urapan nabi selalu dipisah tidak terjadi pada satu orang (misalnya seperti disebut dalam kitab 1 Raja-raja 19:15-16). Selain itu seorang nabi atau imam tidak inferior di hadapan raja. Inilah kearifan Yahudi kuno pada jaman Raja Daud. Karena pengaruh pergaulan dengan bangsa-bangsa lain maka di belakang hari seorang raja menjadi superior (bdk 1 Raj 22:8-9 dan 26-27).
Pada masa kemudian ada suatu anggapan, yang mungkin tidak dikatakan secara terus terang, bahwa umat manusia yang masih berziarah di bumi harus dipimpin oleh satu orang entah paus atau raja yang bertindak sebagai imam, nabi, dan raja sekaligus. Hal ini mencederai kearifan Yahudi kuno. Gambaran mengenai Tuhan yang indah dicatat oleh kitab Zakaria suatu kitab dalam kelampok Perjanjian Lama yaitu Zakaria 4:14 dimana Tuhan berada pada posisi sentral didampingi oleh dua orang yang diurapi. Menurut hemat saya Pribadi yang bisa berperan sebagai nabi, imam, dan raja sekaligus adalah Tuhan sendiri atau inkarnasi-Nya (yaitu Yesus Kristus menurut iman Kristiani).
Kembali pada kisah Raja Daud. Raja daud adalah sebuah fenomena. Menurut hemat saya Mazmur Daud masih terdengar gema dan wibawanya sampai hari ini bukan karena Mazmur tersebut sering didaraskan dalam liturgi gereja tetapi relevansinya dalam hidup sosial kemasyarakatan non ritual.
Salah satu Mazmur yang relevan itu adalah Mazmur 118:19-26 yaitu:
"Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada TUHAN. Inilah pintu gerbang TUHAN, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya. Aku bersyukur kepada-Mu sebab engkau telah menjawab aku dan menjadi keselamatanku. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan TUHAN marilah kita bersorak-sorak dan bersuka cita karenanya! Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN."
Demikian pula 1.000 tahun setelah Raja Daud, ada peristiwa besar yaitu munculnya Yesus Kristus dari Nazareth yang oleh umat Kristiani diyakini sebagai (satu-satunya) inkarnasi Tuhan. Salah satu fenomena pada Yesus Kristus adalah perumpamaan-Nya yang menyinggung orang-orang Farisi (Yahudi). Perumpamaan yang mengandung kutukan itu intinya adalah bahwa jaman keemasan akan diambil dari mereka dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang menghasilkan buah (Mat 21:42-44).
Kini kita hidup 2.000 tahun sesudah Masehi. Leluhur orang Jawa ratusan tahun lalu sudah meramalkan adanya peristiwa besar di jaman ini. Salah satunya adalah apa yang kemudian dikenal dengan sebutan "Sabdopalon nagih janji." Dalam Babad Kediri (diciptakan 1832 M Ketika Kediri tidak lagi di bawah Surakarta) itu dikatakan bahwa kelak akan muncul orang Jawa yang mempunyai nama baru, tidak memakai keris, bersenjatakan pengetahuan, dan akan berperan dalam memakmurkan tanah Jawa, orang Jawa yang tidak baik akan dibuang (bdk Bambang Noorsena, Menyongsong Sang Ratu Adil, hlm 63 dan 326). Menurut hemat saya ramalan mengenai apa yang dikenal dengan satrio piningit itu berasal dari Babad Kediri ini. Ini agak berbeda dengan ramalan mengenai Ratu Adil yang ditulis oleh kitab-kitab lain.
Sayangnya peradaban Jawa madya tidak memiliki kamus atau sensitivitas untuk membedakan antara raja non inkarnasi dengan raja inkarnasi yang ilahi. Berbeda dengan peradaban Jawa kuno yang jelas membedakan mereka dan menempatkan raja non inkarnasi lebih inferior dibandingkan pendeta. Raja Kertajaya (1190-1205) ditolak permintaaannya oleh para pendeta, karena tidak ada tradisi pendeta menyembah raja. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain yang menempatkan semua raja adalah inkarnasi yang ilahi, dalam masyarakat Jawa seorang raja tidak harus merupakan inkarnasi yang ilahi. Masyarakat yang terpengaruh oleh budaya Jawa Madya menyamaratakan antara Ratu Adil dengan satrio piningit padahal keduanya berbeda.
Yang menarik dari Babad Kediri ini adalah (1)munculnya orang Jawa yang mempunyai nama baru (2)tidak memakai keris, bersenjatakan pengetahuan (3)berani duduk sejajar dengan raja (4)orang Jawa yang tidak baik akan dibuang. Pengalaman saya mengatakan bahwa ramalan dari Babad Kediri ini tidak hanya akurat tetapi juga bersinggungan dengan teks kuno lain yaitu Alkitab.
Munculnya seseorang yang memiliki nama baru, misalnya, mirip dengan teks dalam kitab Wahyu (Kitab Perjanjian Baru) yaitu Why 2:17:"Barang siapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang menerimanya." Dari pengalaman saya, kita tahu bahwa teks-teks ini akurat yaitu ketika tanggal 4 Juli 2002 saya membaca nama saya tersandi dan hanya saya sendiri yang dapat membacanya sebagai R Hani Japar.
Orang yang akan mucul itu juga tidak hanya memiliki nama baru tetapi juga tidak menggunakan kekerasan atau tidak memakai keris. Hal ini sesuai Yesaya 2:4:"...maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas,...dan mereka tidak akan lagi belajar perang."
Sementara mengenai pengetahuan, patut dicatat bahwa yang berkaitan dengan pengetahuan adalah kata mataram. Kerajaan Mataram adalah suatu kerajaaan yang lebih tua dari Kadiri. Nama Mataram (dan Medang) tenggelam setelah terjadi Pralaya seribu tahun lalu, tahun 1016M, pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa Tguh. Memang di kemudian hari Senopati mengklaim sebagai Raja Mataram tetapi saya yakin bahwa Senopati sendiri tidak memahami makna mataram yang menurut saya adalah pengetahuan yang bermanfaat bagi rakyat banyak (bdk Bayang-bayang Ratu Adil, Sindhunata hlm 359). Fakta sejarah kemudian mencatat bahwa setelah Senopati (yang bukan orang Mataram) berkuasa di bumi Mataram, penjajah Belanda datang ke tanah Jawa.
Dalam ramalan Sabdopalon dari Babad Kediri itu dikatakaan bahwa orang Jawa yang tidak baik akan dibuang, ini mirip dengan Mazmur yang mengatakan:"Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan, sebab TUHAN telah mendengar tangisku." (Mzm 6:9) atau juga yang dikatakan Yesus Kristus (Mat 7:23).
Prediksi akan datangnya hari yang dahsyat tidak hanya monopoli bangsa Maya. Orang Yahudi dan orang Jawa telah mengingatkannya, meskipun tidak menyebut hati H tertentu karena memang tidak perlu tahu kapan hari dan saatnya. Memang sebagaimana ada orang yang under estimate terhadap Yesus Kristus ada juga yang under estimate terhadap orang Jawa. Kita tidak tahu pasti dari mana asal-usul kata jawa dan sejak kapan dipakai. Tetapi kalau kita menulis huruf-huruf J,A,W,A dalam urutan tersebut dengan memakai aksara hanacaraka maka akan terbaca sebagai JHWH yaitu suatu tetragram Yahudi yang berkaitan tentang Tuhan atau nama Tuhan. Mengenai nama Tuhan, ada suatu teks dalam kitab Wahyu yang tak kalah menggetarkan yaitu Why 3:12 yaitu:"Barangsiapa menang, ia akan kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya kan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru." Banyak yang tidak tahu siapa sebenarnya di balik orang Jawa atau apakah orang Jawa adalah orang(umat) JHWH?
Mereka yang tersandung dan jatuh biasanya mereka yang under estimate terhadap orang lain. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru dan menumbuk hancur banyak bangsa. Pengalaman saya dalam memperjuangkan biososioekonomi memang mengatakan demikian. Ketika tulisan saya yang berisi biososiokeonomi dibuang (tidak dimuat) maka terjadi gempa bumi di sana-sini.
Sebagai teori ilmiah biososioekonomi terbuka terhadap kritik dan pebaikan. Tetapi janganlah kiranya menghambat akses publik dan implementasi biossoioekonomi.