Rabu, 06 Mei 2009

Satrio Piningit sebagai Pengalaman Sejati: Angin Perubahan

Mulai hari ini di blog ini, saya tampilkan label baru yaitu Satrio Piningit sebagai Pengalaman Sejati. Perlu diketahui bahwa label ini masuk kategori spiritual sehingga sebagaimana tulisan-tualisan saya yang berlabel spiritual tidak dibaca dengan kacamta rasional buta atau eksakta absolut. Meskipun demikian saya tetap akan berusaha bahwa apa yang saya sampaikan mendekati kebenaran.

Buku berjudul Satrio Piningit karya Kusumo Lelono terbitan Gramedia Pustaka Utama tahun 1999 termasuk buku pertama yang saya kenal yang membahas tema satrio piningit. Buku tersebut berisi 25 sandi gaib mengenai situasi sosial politik Indonesia.

Dalam sandi pertama disebutkan:"Jika diumpamakan seperti bulan berselimut mega terlindung oleh situasi terjaga oleh daya kekuasaan Tuhan, sinar bulan purnama akan bercahaya bila sudah tiba masanya&amp" Buku ini saya beli sekitar pertengahan atau akhir tahun 2001.

Sebelumnya, sekitar Agustus 2001, saya sudah mendengar dari seorang teman bahwa orang yang akan menggantikan Presiden Megawati adalah seorang satrio piningit yang akan membawa Indonesia keluar dari krisis. Saya tidak menanyakan lebih lanjut apa dasar pendapat teman saya itu. Tetapi dari penuturan teman saya itu saya mulai sadar dan tahu apa sebenarnya arti satrio piningit.

Mungkin pendapat teman saya tadi terpengaruh atau salah tafsir atas buku karya Kusumo Lelono yang teksnya saya kutip di atas: seperti bulan berselimut mega. Saya merasa waktu itu (tahun 2001-2004) cukup banyak yang berpendapat bahwa bulan purnama akan muncul bila mega tersingkir atau menyingkir.

Tetapi saya memiliki pengalaman lain yang berbeda dibanding pendapat banyak orang pada waktu itu. Mega atau mendung sebenarnya merupakan simbol monopoli. Masyarakat tradisional sering menyimbolkan begitu karena pengalaman mereka sehari-hari mengamati alam semesta. Pandangan masyarakat tradisional ini tercermin dalam Mahabarata.

Hujan memang mempunyai peran penting dalam menumbuhkan tanaman. Akan tetapi apabila mega-mendung atau hujan menguasai langit selama berhari-hari tentu akan menyusahkan rakyat kecil yang jumlah pakaiannya terbatas dan tidak memiliki mesin cuci-pengering. Pakaian yang telah dicuci tidak kunjung kering sementara yang dipakai sudah mulai bau dan kotor.

Matahari, purnama, dan bintang adalah simbol cahaya yang menerangi kegelapan dan pemandu arah. Mencorong tetapi tidak sombong. Tahu diri kapan saatnya terbit, kapan saatnya terbenam. Di negeri tropis ini matahari tidak pernah memonopoli langit selama berhari-hari.

Pengalaman saya mengatakan manakala kekuatan-kekuatan monopolistis tertiup angin perubahan, saat itulah satrio piningit muncul. Seseorang meskipun tidak memakai nama mega, bisa saja merupakan manifestasi kekuatan monopolitis yang lebih menakutkan daripada seseorang yang jelas-jelas memakai nama mrega dalam dirinya. Buku saya Herucakra Society Jalan Ketiga Ekonomi Dunia terbit pada masa reformasi. Meskipun demikian dominasi media konvensional (cetak+tv) masih menghambat akses biososioekonomi oleh publik. Sampai akhirnya muncul angin perubahan dengan adanya media altenatif seperti blog atau micro blog (facebook) dan saya mulai aktif di dalamnya.

Marilah kita belajar dari matahari, purnama, dan bintang. Mencorong tetapi tidak sombong, tahu diri, kapan saatnya terbit kapan saatnya terbenam. Masih menyisakan ruang-ruang di angkasa raya di mana mega-mega bisa tampil. Seseorang meskipun tidak memakai nama mega boleh jadi memiliki rencana memonopoli "angkasa raya" dalam waktu lama. Tetapi saya percaya bahwa angin perubahan masih akan bertiup kencang.

2 komentar:

  1. Perkenalkan saya adalah seseorang (Sang Pengelana, Sang Pengembara dan Sang Pemerhati)........

    BalasHapus
  2. jika anda ingin tahu satrio piningit yang sesungguhnya ini alamat nya
    http://brahma-kumbara1111.blogspot.com/

    BalasHapus